enjoy here

enjoy here

Kamis, 13 April 2017

Biografi, Hal - Hal yang Menarik dan Refleksi terhadap Kyai Haji Abdurrahman Wahid



BIOGRAFI  Kyai Haji Abdurrahman Wahid


  Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang,Jawa Timur pada tanggal 7 September 1940. Ia lahir dengan nama AbdurrahmanAdakhil yang berarti sang penakluk. Karena kata “Adakhil” tidak cukup dikenal,maka diganti dengan nama “Wahid” yang kemudian lebih dikenal dengan Gus Dur. Gus adalah panggilan kehormatan khas Pesantren kepada seorang anak kiai yangberarti “abang atau mas”.Gus Dur adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ia lahir dari keluarga yang cukup terhormat. Kakek dari ayahnya, K.H. Hasyim Asyari, merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Sementara itu kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayahnya K.H. Wahid Hasyim merupakan sosok yang terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949, sedangkan ibunya Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denayar Jombang.Gus Dur pernah menyatakan secara terbuka bahwa ia adalah keturunan TiongHoa dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan a Lok, yang merupakan saudara kandung dari Raden Patah (Tan Eng Hwa) yang merupakan pendiri kesultanan Demak.

Pada tahun 1944 Abdurrahman Wahid pindah dari kota asalnya Jombang menuju Jakarta, karena pada saat itu ayahnya terpilih menjadi ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang biasa disingkat “Masyumi”. Gus Dur menempuh ilmu di Jakarta dengan masuk ke SD Kris sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Pada tahun 1952 ayahnya sudah tidak menjadiMenteri Agama tetapi beliau tetap tinggaldi Jakarta. Pada tahun 1953 di bulan Aprilayah Gus Dur meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.Pada tahun 1954 pendidikannya berlanjutdengan masuk ke sekolah menengah pertama, yang pada saat itu ia tidak naik kelas. Lalu ibunya mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.


Setelah lulus dari SMP pada tahun 1957, Gus Dur memulai pendidikan muslim di sebuah Pesantren yang bernama Pesantren Tegalrejo di Kota Magelang. Pada tahun 1959 ia pindah ke Pesantren Tambakberas di Kota Jombang. Sementara melanjutkan pendidikanya, ia juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai seorang guru yang nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Bahkan ia juga bekerja sebagai jurnalis Majalah Horizon serta Majalah Budaya Jaya.Pada tahun 1963, ia menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November tahun 1963. Universitas memberitahu Gus Dur untuk mengambil kelas remedial sebelum belajar bahasa Arab dan belajar islam. Meskipun mahir berbahasa Arab, ia tidak mampu memberikan bukti bahwa sesungguhnya ia mahir berbahasa Arab. Ia pun terpaksa harus mengambil kelas remedial.

Setelah lulus dari SMP pada tahun 1957, Gus Dur memulai pendidikan muslim di sebuah Pesantren yang bernama Pesantren Tegalrejo di Kota Magelang. Pada tahun 1959 ia pindah ke Pesantren Tambakberas di Kota Jombang. Sementara melanjutkan pendidikanya, ia juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai seorang guru yang nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Bahkan ia juga bekerja sebagai jurnalis Majalah Horizon serta Majalah Budaya Jaya.Pada tahun 1963, ia menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November tahun 1963. Universitas memberitahu Gus Dur untuk mengambil kelas remedial sebelum belajar bahasa Arab dan belajar islam. Meskipun mahir berbahasa Arab, ia tidak mampu memberikan bukti bahwa sesungguhnya ia mahir berbahasa Arab. Ia pun terpaksa harus mengambil kelas remedial.

Pada tahun 1970 ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad. Setelah itu, Gus Dur ke Belanda untuk meneruskan pendidikan. Ia ingin belajar di Universitas Leiden, namun ia kecewa karena pendidikan di Universitas Baghdad tidak diakui oleh universitas tersebut. Akhirnya ia pergi ke Jerman danPerancis sebelum kembali lagi ke Indonesia pada tahun 1971.Di Jakarta, Gus Dur berharap akan kembali ke luar negeri untuk belajar di Universitas McGill di Kanada. Ia pun bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi danSosial (LP3ES). Organisasi ini terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah yang bernama Prima dan Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamamajalah tersebut. Beliau berkeliling pesantren di seluruh Jawa.

Akhirnya ia meneruskan kariernya sebagai seorang jurnalis pada Majalah Tempo dan Koran Kompas. Tulisannya dapat diterima dengan baik. Ia mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan itu ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan seminar sehingga membuatnya sering pulang dan pergi antara Jakarta dan Jombang.Meskipun kariernya bisa meraih kesuksesan namun ia masih merasa sulithidup karena hanya memiliki satu sumberpencaharian. Ia pun bekerja kembali dengan profesi berbeda untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es. Pada tahun 1974 ia menjabat sebagai Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng hingga tahun 1980.Pada tahun 1980 ia menjabat sebagai seorang Katib Awwal PBNU hingga pada tahun 1984. Pada tahun 1984 ia naik pangkat sebagai Ketua Dewan Tanfidz PBNU. Tahun 1987 Gus Dur menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia. Pada tahun 1989 kariernya pun meningkat dengan menjadi seorang anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. Dan hingga akhirnya pada tahun 1999 sampai 2001 ia menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.


Sebagai seorang Presiden RI, Gus Dur memiliki pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam menyikapi suatu permasalahan bangsa. Ia melakukan pendekatan yang lebih simpatik kepada kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mengayomi etnis Tionghoa , meminta maaf kepada keluarga PKI yang mati dan disiksa, dan lain-lain. Selain itu, Gus Dur juga dikenal sering melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial, yang salah satunya adalah mengatakan bahwa anggota MPR RI seperti anak TK.Hanya sekitar 20 bulan Gus Dur menjabatsebagai Presiden RI. Musuh-musuh politiknya memanfaatkan benar kasus Bulloggate dan Bruneigate untuk menggoyang kepemimpinannya. Belum lagi hubungan yang tidak harmonis dengan TNI, Partai Golkar, dan elite politiklainnya. Gus Dur sendiri sempat mengeluarkan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23Juli 2001, MPR secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.Sebelumnya, pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.Setelah berhenti menjabat sebagai presiden, Gus Dur tidak berhenti untuk melanjutkan karier dan perjuangannya. Pada tahun 2002 ia menjabat sebagai penasihat Solidaritas Korban Pelanggaran HAM. Dan pada tahun 2003, Gus Dur menjabat sebagai Penasihat pada Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional.Tahun 2004, Gus Dur kembali berupaya untuk menjadi Presiden RI. Namun keinginan ini kandas karena ia tidak lolos pemeriksaan kesehatan oleh Komisi Pemilihan Umum.Pada Agustus 2005 Gus Dur menjadi salah satu pimpinan koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Tri Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati, koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.Pada tahun 2009 Gus Dur menderita beberapa penyakit. Bahkan sejak ia menjabat sebagai presiden, ia menderita gangguan penglihatan sehingga surat dan buku seringkali dibacakan atau jika saat menulis seringkali juga dituliskan. Iamendapatkan serangan stroke, diabetes, dan gangguan ginjal. Akhirnya Gus Dur pun pergi menghadap sang khalik (meninggal dunia) pada hari Rabu 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada pukul 18.45 WIB.


Hal menarik dari K.H. Abdurrahman Wahid
1. Nama panggilan 'Gus Dur' Yang menarik ialah, nama Gus itu adalah panggilan kehormatan khas Pesantren kepada seorang anak kiai yang berarti "abang atau mas". Sedang, Dur itu nama pendek dari Abdurrahman.
2. Gus Dur ialah keturunan Tiong Hoa dari Tan Kim Han dengan Tan A Lok.
3. Pengalaman pendidikan Gus Dur Dilihat dari pendidikan nya, telah banyak universitas luar negeri yang ia duduki. Seperti pada tahun 1963, ia melanjutkan pendidikan di universitas Al-azhar di Kairo, Mesir. Lalu melanjutkan ke universitas Baghdad dan Jerman serta Perancis.
4. Gus Dur pernah belajar di kelas remedial pada pendidikan di universitas. Dikarenakan ia tak bisa menunjukkan kemahirannya dalam bahasa Arab, walaupun ia sangat mahir bahasa Arab.
5. Gus Dur berkeliling Pesantren seluruh Jawa. Karena waktu itu Gus Dur adalah salah satu kontributor utama majalah Prima dan ia harus berkeliling pesantren Jawa.
6. Gus Dur pernah berprofesi sebagai pedagang kacang dan pengantar es untuk menambah pendapatan beliau


Keteladanan dari sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
1. Gusdur Didaulat sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang.
2. Gus Dur pernah menjabat sebagai Majelis Ulama Indonesia
3. Tokoh Pendidikan oleh Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama
4. Gus Dur pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Tanfidz PBNU
5. Gus Dur didaulat sebagai Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand. Lalu Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand. Lalu bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Perancis.
 6. Merupakan Presiden Republik Indonesia tahun 1999-2001. 7. Pendiri The WAHID Institute, Indonesia

Refleksi dari tokoh Abdurrahman Wahid dengan diri sendiri
1. Gus Dur pernah gagal dalam banyak hal begitu juga saya seorang. Manusia pasti pernah mengalami kegagalan.
 2. Gus Dur merupakan orang yang aktif dalam kegiatan organisasi begitu juga dengan saya. Saya mengikuti beberapa kegiatan organisasi, namu. di sekolah. Refleksi tokoh Abdurrahman wahid dengan tokoh lain
 1. K.H. Abdurrahman wahid merupakan mantan presiden RI yang kehidupannya pernah naik turun. Maksudnya ialah pernah merasakan menjadi orang di bawah, pernah menjadi seorang penjual makanan. Sama halnya dengan Pak Jokowi, presiden RI sekarang, yang dahulunya bekerja sebagai pengrajin kayu.
 2. Kanjeng Nabi Muhammad SAW pernah tidur di lantai tanah dengan hanya beralas tikar daun kurma. Hal yang hampir sama diamalkan mantan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahidatau Gus Dur yang beberapa tahun lalu telah meninggal dunia. Pada 1995, Gus Dur tidur dua malam di rumah sederhana milik seseorang di kampung.

Malam pertama ia tidur di dipan kayu yang telah disediakan pemilik rumah. Tetapi, malam kedua ia memilih sendiri tidur di karpet murahan yang menutup lantai ruang tengah. Gus Dur tampak santai dan tidur amat lelap.



Nama   : Erin Apriliani
Kelas   : XI IPA 4
No. Absen : 17



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment Here :)