Sejarah dikatakan sebagai ilmu
karena merupakan pengalaman masa lampau yang disusun secara sistematis dengan
metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai masa lampau.
Dan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan maka harus dibuktikan secara
keilmuan menggunakan metode-metode dan berbagai standard ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan kebenaran tersebut dapat dibuktikan dengan
dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah.
Sejarah dianggap sebagai suatu ilmu
karena sejarah sendiri mempunyai syarat-syarat ilmu, antara lain:
1.
Adanya objek kajian sejarah ialah
kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;
2.
Adanya metode sejarah yang
menghubungkan bukti-bukti sejarah;
3.
Kisah sejarah tersusun secara
sistematis dan kronologis;
4.
Kebenaran fakta diperoleh dari
penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang
sistematis;
5.
Fakta bersifat subjektif karena tiap
orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda.
1. Berfikir Sinkronis dalam
mempelajari sejarah
Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti
dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa.
Berpikir sinkronis dalam sejarah
adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal. Sinkronik
artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu
masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Sinkronis
artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
pengertian sejarah secara sinkronik
artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau
kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung
kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak. Kajian sinkronis
justru lebih serius dan sulit.
Berdasarkan uraian di atas dapat di
ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah
mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam
kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.
Ciri Ciri sinkronik yakni sebagai berikut :
1. Mengkaji pada masa tertentu
2. Menitik beratkan pengkajian pada strukturnya(karakternya)
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit
6. Memiliki sistematis yang tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit
Ciri Ciri sinkronik yakni sebagai berikut :
1. Mengkaji pada masa tertentu
2. Menitik beratkan pengkajian pada strukturnya(karakternya)
3. Bersifat horizontal
4. Tidak ada konsep perbandingan
5. Cakupan kajian lebih sempit
6. Memiliki sistematis yang tinggi
7. Bersifat lebih serius dan sulit
2. Berfikir Diakronik dalam
mempelajari Sejarah
Sejarah itu
diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang,
sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang.
Sejarah
mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa
tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Sejarah
berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu.
Pendekatan
diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu
dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa
sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa.
Diakronis berasal
dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan khronos
yang berarti perjalanan waktu.
Dengan demikian,
diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara
tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu,
tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.
Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini.
Adapun ciri diakronik yaitu:
a. Mengkaji dengan berlalunya masa;
b. Menitik beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
c. Bersifat historis atau komparatif;
d. Bersifat vertikal;
e. Terdapat konsep perbandingan;
f. Cakupan kajian lebih luas;
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.
Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini.
Adapun ciri diakronik yaitu:
a. Mengkaji dengan berlalunya masa;
b. Menitik beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
c. Bersifat historis atau komparatif;
d. Bersifat vertikal;
e. Terdapat konsep perbandingan;
f. Cakupan kajian lebih luas;
3. Berpikir Kausalitas dalam
mempelajari sejarah sebagai ilmu.
Cara berpikir kausalitas adalah berpikir dengan hukum sebab-akibat. Sebuah
kejadian diawali ‘sebab’ yang menimbulkan ‘akibat’. Sementara, cara berpikir
kontingensi, secara sederhana, adalah berpikir bahwa sebuah kejadian terjadi
oleh sebab yang beragam (kontingen). Kajian sejarah adalah kajian tentang
sebab-sebab dari suatu peristiwa terjadi sehingga hampir merupakan aksioma atau
kebenaran umum.
(Source:
http://rifkaranni.blogspot.com/2013/12/sejarah-sebagai-ilmu-pemikiran.html)